Kisah Uu Sang Kuli Bangunan Kuliahkan Anaknya ke ITB dan Unpad : Yakin Pendidikan Bisa Ubah Nasib Mereka

BandungKita.id, GARUT – Uu Suryana (49) yang bekerja sebagai kuli bangunan memiliki mimpi besar agar anak-anaknya bisa memiliki nasib yang lebih baik. Meski memiliki keterbatasan, Uu dan istrinya Diah (47) berupaya agar anak-anaknya bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi.

Keduanya percaya dengan besarnya kekuatan doa. Tak ada yang mustahil dilakukan dengan bantuan doa. Dua anaknya pun kini bisa berkuliah di kampus ternama di Bandung.

BandungKita.id yang menyambangi rumah Uu di Kampung Malayu Hotel, Desa Cintarakyat, Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut, hanya bisa bertemu dengan Diah. Sedangkan Uu tengah bekerja dan kedua anaknya sedang berkuliah di Bandung.

Diah dengan ramah mempersilakan untuk masuk ke dalam rumahnya. Rumah sederhana yang terbuat dari kayu itu tampak bersih. Hanya ada karpet sebagai alas duduk. Di sudut rumah terdapat sebuah televisi tabung. Sedangkan di bagian belakang dan depan rumah, nampak kayu sebagai bahan untuk Uu bekerja.

Diah cukup kaget saat BandungKita.id menyatakan tujuan bertamu ke rumahnya. Ia tak menyangka jika cerita soal anaknya yang kuliah di kampus ternama menyebar. Diah pun tak tahu dari mana informasi itu beredar.

Rumah pasangan Uu Suryana dan Diah di Kampung Malayu, Desa Cintarakyat, Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut. Uu yang hanya berprofesi buruh bangunan berhasil menyekolahkan anaknya ke ITB dan Unpad walau dengan berbagai pengorbanan. (M Nur el Badhi/BandungKita.id)

 

Diah dan Uu dikaruniai empat orang anak. Anak sulungnya Gina Sabila (21) berhasil lolos SNMPTN ke Universitas Padjajaran (Unpad) jurusan Farmasi. Gina bahkan menjadi lulusan terbaik di SMAN 11 Garut dengan raihan sebagai juara umum UN se-Garut pada 2016.

Adiknya bernama Rifky Hafid (19), juga menorehkan prestasi gemilang di sekolah yang sama dua tahun berikutnya. Rifky akhirnya masuk ke Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara, Institut Teknologi Bandung (ITB) melalui jalur undangan.

“Sebulan setelah Rifky masuk ke ITB, kampusnya minta ijazah. Saya bingung soalnya ijazah masih di sekolah. Saya masih nunggak Rp 2,5 juta ke sekolah, belum bayar uang bangunan,” ucap Diah kepada BandungKita.id menceritakan perjuangan anaknya untuk bisa masuk ke ITB, Kamis (28/2/2019).

Diah akhirnya meminta kebijakan sekolah untuk meminjam ijazah Rifky. Pihak sekolah pun tak mempersulit. Ia berjanji untuk mengembalikan ijazah tersebut selepas menjadi syarat di ITB.

BACA JUGA :

 

“Tapi kata Rifky nanti saja ijazah dikembalikan. Biar Rifky yang bicara sama guru. Sampai sekarang ijazahnya masih dipegang Rifky,” katanya.

Ia merasa berdosa ke pihak sekolah karena belum mampu membayar tunggakan. Meski begitu, Diah bertekad jika memiliki uang akan segera membayar tunggakan tersebut. “Sudah janji saya untuk bayar tunggakan. Dosa soalnya dulu cuma bilang pinjam tapi sampai sekarang (ijazah) belum dikembalikan,” ujarnya.

Pendapatan suaminya pun tak menentu. Ia tak bisa memastikan berapa penghasilan per bulan atau per minggu yang didapat. Jika memiliki upah hasil kuli bangunan, Diah sering menyisihkan untuk biaya kedua anaknya kuliah.

Kedua anaknya mendapat beasiswa bidik misi. Gina mendapat biaya sebesar Rp 650 ribu per bulan. Sedangkan Rifky sebesar Rp 950 ribu per bulan. Namun biaya itu tak mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari dan uang kos.

“Anak-anak enggak tahu kalau saya sama bapaknya suka puasa untuk menyisihkan biaya kuliah mereka. Yang penting kebutuhan anak-anak bisa terpenuhi. Mereka juga sama suka puasa kalau enggak punya uang,” katanya.

Walau suaminya hanya bekerja sebagai kuli bangunan, Diah mengaku jika pendidikan bisa mengubah nasib keluarganya. Ia hanya berharap dua anaknya itu mampu menjadi orang sukses. Tak seperti orang tuanya yang hanya bekerja menjadi buruh serabutan.

“Sekarang Gina sudah semester 6 dan target beres 3,5 tahun. Sedangkan Rifky sudah semester 2,” ucap perempuan berkerudung itu.

Diah juga memiliki dua anak yang masih duduk di bangku SMA. Firya Nabila (16) dan si bungsu Fariha Maulida (14) kini bersekolah di SMAN 15 Garut. Prestasi keduanya juga sangat baik dan selalu meraih juara di sekolah.

Di kampungnya, hanya anak-anaknya yang melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. Kebanyakan setelah lulus sekolah, mereka langsung bekerja. Tetangganya pun heran jika Gina dan Rifky bisa melanjutkan kuliah. Apalagi keluarga mereka tak memiliki penghasilan yang tetap. (M Nur el Badhi)

 

Editor : M Zezen Zainal M

Comment