20 Gadis Korban Pencabulan di Garut Ternyata Dijaring Lewat Medsos

BandungKita.id, GARUT – RG (26) warga Kecamatan Cisewu, Kabupaten Garut yang menjadi tersangka pemcabulan gadis dibawah umur, ternyata menjaring para korbanya melalui media sosial (medsos) facebook.

Menurut pengakua RG saat jumpa pers di Aula Mapolres Garut, dirinya sudah setahun melakukan tindakan bejat itu. “Sudah satu tahun,” ucapnya sambil menunduk, Rabu (15/5/2019).

Sementara itu jumlah korba menjadi bertambah. Dari pengakuan awal, peluku telah melakukan pencabulan terhadap 16 korban. Namun setelah didata kembali menjadi 20 korban wanita dibawah umur.

RG mengaku dari 20 korban yang dilecehkannya itu, ada 8 orang yang dilecehkan secara seksual.

“Ada delapan yang di itu (berhubungan badan) yang sisianya hanya diraba-raba dan digesek-gesek saja,” ucapnya tertunduk malu. RG juga mengaku, dirinya menjaring korbannya dengan menggunakan media sosial facebook.

Baca juga:

Mengaku Guru Ngaji, Seorang Pria di Garut Cabuli 16 Gadis di Bawah Umur

 

Kapolres Garut, AKBP Budi Satria Wiguna mengatakan tersangka sudah setahun lalu melakukan aksi pencabulanya. Pelaku melakukan aksi pencabulan dengan mengaku sebagai guru ngaji bahkan dukun yang mampu menyelesaikan masalah yang tengah dihadapi para korban.

Kepada para korban, RG juga mengaku memiliki dua ritual, yaitu Kias untuk menghilangkan kesialan dan Pangasal agar kejiwaan korban seperti terlahir kembali.

“Jadi para korban yang terjaring melalui facebook curhat kepada korban. Setelahnya itu para korban diberikan dua ajian, ada Kias sama Pangasal supaya mengilangkan sial para korban,” kata Budi.

Dua ritual yang dimiliki RG tersebut rupanya mampu memperdaya korban hingga berjumlah 20 orang. ”Dalam setiap ritual yang dilakukan, tersangka RG dengan leluasa melakukan aksi pencabulan kepada belasan korbannya,” ucapnya.

Baca juga:

Satpol PP dan Dishub Tertibkan PKL Musiman di Garut

 

Budi memastikan bahwa dalam kehidupan nyata, RG bukanlah dukun apalagi guru ngaji yang selama ini diakukan kepada para korban. Sehari-harinya, RG diketahui merupakan pekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhannya sehari-harinya.

Sementara itu, Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Garut Hj Diah Kurniasari mengaku sudah mendampingi para korban yang kebanyakan masih dibawah umur. Banyaknya korban yang masih dibawah umur kata Diah memgharuskan pihaknya untuk bekerja lebih ekstra.

“Kita sudah mendampingi korban dari mulai pendampingan menghadapi hukum, sampai masa pemulihanya nanti, anak-anak juga masih ada yang masih sekolah jadi kita terus lakukan pendampingan,” ucapnya.***(M Nur el Badhi)

Editor: Restu Sauqi

Comment