Muluskan Program OPOP, Pesantren Diminta Melek Teknologi

JabarKita535 Views

BandungKita.id, BANDUNG – Pemerataan akses teknologi informasi masih menjadi salah satu tantangan bagi Pemprov Jabar. Untuk menunjang pemerataan infrastruktur teknologi, Pemprov Jabar meminta agar masyarakat khususnya yang berada di wilayah pinggiran Jabar, untuk gayung bersambut dengan meningkatkan kemampuan penguasaan teknologi Informasi.

Hal tersebut perlu dilakukan, untuk memuluskan pelaksanaan program One Pesantren One Product (OPOP).

“Kami meminta kepada pesantren-pesantren khususnya yang ada di pinggiran Jawa Barat termasuk beberapa terdapat di Kabupaten Garut agar melek digital,” kata Wakil Gubernur Jabar, Uu Ruzhanul Ulum, usai pertemuan bersama sejumlah guru di Garut, Selasa (27/8/2019).

Baca juga:

Pendidikan Gratis Bagi MA dan SMA di Jawa Barat Ditargetkan Mulai Tahun 2020

 

Pihaknya mengakui, banyak pesantren yang mendaftar bahkan lolos seleksi untuk mengikuti program OPOP, namun dinilai belum melek teknologi.

“Banyak pesantren-pesantren yang di daerah, yang di kampung tidak tersentuh dengan program OPOP, dari 4.000 pesantren yang daftar, yang lolos jadi 1.070. Tetapi itu belum semua pesantren yang menurut kami sudah melek digital,” kata Uu.

Padahal, lanjutnya, pesantren-pesantren tersebut berpeluang mendapat bantuan modal Rp 25 Juta. Jika pihak pesantren sudah melek teknologi.

Baca juga:

Anggaran 50 Miliar Digelontorkan untuk Beasiswa Warga Jawa Barat

 

“Kalau pihak pesantren mau bergerak di bidang peternakan, perikanan hingga supermarket, maka kita latih, kemudian dibantu modal Rp 25 juta. Kami pikir jumlah itu untuk pesantren yang ada di lembur (kampung) ini besar,” kata Uu.

Namun, modal dan pelatihan tersebut perlu diimbangi dengan kemampuan atau penguasaan pihak pesantren terhadap teknologi, sehingga memudahkan urusan produksi dan pemasaran.

“Semua, kembali kepada pondok pesantren yang ada di daerah, melek digital apa tidak? Kalau melek digital, menguasai digital, maka menguasai dunia,” ujarnya. (Tito Rohmatulloh/BandungKita)

Editor: Restu Sauqi

Comment