BandungKita.id – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bandung berharap masyarakat dapat mengubah cara pengolahan sampah, dari konvensional ke cara yang lebih moderen.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bandung Asep Kusumah mengatakan, sebagian besar masyarakat masih mengelola sampah yang dihasilkannya dengan cara konvensional, seperti dibakar, dikubur atau dibuang.
Padahal, cara tersebut terbilang belum efektif, mengingat bisa menimbulkan beberapa persoalan, seperti pencemaran atau keterbatasan petugas dalam melayani pengangkutan sampah.
“Cara yang paling efektif dalam menyelesaikan sampah itu, melakukan pemilahan di rumah tangga,” tutur Asep kepada BandungKita.id, di Kompleks Pemkab Bandung, Soreang Kabupaten Bandung, Rabu (3/10/2018).
Berdasarkan kajian, kata Asep, sampah yang dihasilkan rumah tangga 60 persennya merupakan sampah organik dan 40 persen sampah kering.
Jika dipilah sejak di tingkat rumah tangga, maka permasalahan sampah akan terselesaikan sejak dini sekaligus dapat meminimalisir terjadinya pencemaran sampah.
“Cukup dipilah, sampah organik diselesaikan dengan membuat lubang cerdas organik (biopori), sisanya bekerjasama dengan bank sampah,” paparnya seraya menyebutkan satu rumah tangga kata Asep hanya cukup membuat dua lubang cerdas organik.
Dengan pola seperti itu, ada beberapa hal yang bisa diambil. Sampah organik yang diolah melalui biopori, mampu mengembalikan resapan air yang terkandungnya ke dalam tanah.
Selain itu, sampah juga akan menjadi salah satu sumber penghasilan warga dengan pola kejasama dengan bank sampah.
Pemerintah Kabupaten Bandung, kata Asep terus mendorong supaya semua Desa mempunyai bank sampah sendiri, sehingga ke depannya warga bisa menjadi nasabahnya.
“Sudah banyak desa yang mempunyai bank sampah,” ucapnya.
Namun, Asep mengakui jika pola pikir atau mindset masyarakat masih berkutat pada pengolahan sampah dengan cara konvensional. Oleh karenanya, pihaknya terus berupaya melakukan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat. (LOH/BandungKita.id)
Comment