Penolakan Terhadap Perubahan Status Cagar Alam Terus Bergulir, Mulai Aksi Jalan Kaki, Konser Musik hingga Pesan Musisi

BandungKita.id, BANDUNG – Ratusan orang yang tergabung dalam Aliansi Cagar Alam (ACA) menggelar konser penolakan Surat Keputusan Nomor 25 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tentang perubahan status Cagar Alam Kamojang dan Papandayan jadi Taman Wisata Alam (TWA).

Konser digelar di kampung aliansi, Jalan Kebon Bibit, Tamansari Kota Bandung, Kamis (14/3/2019) malam. Selain pertunjukan musik acara tersebut juga dimeriahkan dengan pembacaan pusi dan aksi teatrikal.

Di sela-sela acara, salah seorang anggota ACA, Alamsyah mengatakan penurunan SK tersebut sangat mendesak terutama kaitannya dengan pencegahan bencana di masa depan yang ditimbulkan akibat kerusakan hutan wilayah hulu.

Selain gelar konser, penolakan SK tersebut juga dilakukan dengan aksi demonstrasi yang digelar di beberapa kota. Bahkan pada 6 Maret lalu, 26 anggota ACA berjalan kaki menuju kantor Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Jakarta.

BACA JUGA :

Aliansi Save Garut, Gelar Aksi Tolak Penetapan CA Kamojang dan Papandayan Menjadi TWA

 

BBKSDA Jabar Akui Penurunan Status Cagar Alam Papandayan dan Kamojang untuk Pemanfaatan Panas Bumi

 

Tolak Penurunan Status Cagar Alam Kamojang dan Papandayan, ACA Geruduk BBKSDA Jabar

 

 

“Kemarin kita habis jalan kaki dari Jakarta, menyurakan penolakan SK. Karena memang ini penting diperjuangankan, menyangkut masa depan alam khususnya di Jabar ini. Sangat berbahaya jika dibiarkan,” papar pria yang akrab di sapa Alam itu.

Perjalanan, kata Alam, diawali dengan 5 orang anggota ACA yang berangkat dari nol kilometer Kota Bandung. Di perjalanan massa mulai bertambah sampai 26 orang.

Semenatara itu, Konser yang digelar sejak sore hari tersebut juga dimeriahkan oleh musisi Kota Bandung, Budi Cilok dengan melantunkan 3 lagu yang berisi pesan kepedulian terhadap alam.

Ditemui usai konser, Budi berpesan agar pemerintah bisa bertindak cepat mencabut SK 25 sebelum terjadi bencana yang bisa mengintai kapan pun.

“Saya bukan takut lagi, saya pernah merasakan banjir besar sampai kampung saya hilang. Karenanya saya pesan kepada Bu menteri khususnya agar segera cabut SK 25 ini jangan sampai terus memancing aksi-aksi seperti ini,” ungkapnya

Kang Budi, sapaan akrabnya cukup prihatin dengan kerusakan alam yang terjadi khususnya di Bandung dan Jawa Barat. Dengan banyaknya penduduk Jawa barat, jangan sampai turut jadi korban bencana yang lebih besar.

“Saya sudah puluhan tahun merasakan kerusakan alam itu, kalau misal SK ini tidak dicabut mungkin kita semua akan terkubur masal biar saya yang pernah kehilangan kampung, tapi tidak generasi-generasi setelah saya,” kata Budi.

Kerusakan alam, lanjut Budi, perlu jadi perhatian bersama dengan apapun caranya termasuk dengan karya-karya seni yang kerap mewarnai lirik-lirik lagu penyanyi bersuara khas tersebut.

Menurutnya, musisi bisa suarakan kepedulian alam lewat karyanya. Pemerintah bisa menjaga alam dengan kebijakannya. Pun begitu dengan seluruh lapisan masyarakat yang memilki kewajiban sama untuk pelestarian alam.

“Lagu saya seringkali berisi kepedulian terhadap alam. Pesan yang ingin saya sampaikan sama seperti kawan-kawan di sini, ingin menjaga alam bersama-sama termasuk pemerintah dan itu pula lah yang diinginkan masyarakat,” katanya. (Tito Rohmatulloh/BandungKita.id)

 

Editor : M Zezen Zainal M

Comment