Bagaimana Agar Ekonomi Kreatif di Bandung Raya Berkembangan Merata?

BandungKita.id, BANDUNG – Keharmonisan antara pelaku ekonomi kreatif (ekraf) dan pemerintah adalah kunci terpenting dalam memajukan ekonomi kreatif di sebuah kabupaten/kota.

Pemerintah sebagai pemangku kebijakan, mestinya kooperatif terhadap apa yang jadi keinginan masyarakat dalam memajukan ekonomi kreatif yang saat ini makin menggeliat.

Bagi beberapa kota besar seperti Kota Bandung, peran pemerintah mungkin sedikit ringan dalam memajukan ekraf. Pasalnya, masyarakat Bandung khususnya milenial, dipandang sudah memiliki strategi sendiri untuk memajukan ekonomi kreatif yang mereka geluti.

Baca juga:

Hajat Tahunan Pegiat Animasi “Anifestkom 2019” Digelar di Unikom

 

Namun demikian, masih ada kota/kabupaten lain yang kesulitan menentukan langkah agar ekraf di kabupaten/kota tersebut meningkat, khususnya di Wilayah Bandung Raya.

Direktur Riset dan Pengembangan Badan Ekonomi Kreatif Wawan Rusiawan mengatakan, masih lemahnya geliat ekraf di kawasan Bandung Raya, perlu dilihat dari berbagai aspek. Mulai dari kebijakan pemerintah, peran akademisi, hingga pelaku ekonomi itu sendiri.

“Biasanya, kota kreatif itu dicitrakan dengan eratnya hubungan antara pemerintah kota/kabupaten dengan komunitas, dengan asosiasi, atau dengan pelaku ekraf itu sendiri,” kata Wawan, di Bandung, Kamis (27/6/2019).

 

Dian Handayani (30), salah satu pelukis dari Sanggar Budiman Art, di Kampung Lukis Jelekong, Baleendah, Kabupaten Bandung. (Restu Sauqi/BandungKita.id)

 

Pemerintah, kata Wawan, punya segala instrumen yang menjadi penopang inti maju dan mundur ekonomi kreatif di sebuah kabupaten/kota. Misalnya fasilitas, alur pemasaran, hingga perumusan anggaran.

Selain itu, dari sisi peran akademisi, Wawan menyoroti belum adanya kampus atau institusi pendidikan di wilayah sekitar Kota Bandung yang secara teknis menggelar pendidikan di bidang ekonomi kreatif.

“Kampus semacam itu kan sangat berpengaruh pada industri ekraf, baik itu bidang animasi, seperti yang di lakukan Unikom, atau juga bidang ekraf lainnya,” kata Wawan.

Baca juga:

Eksklusif : Curhat Benny Bachtiar Soal Cita-cita Memajukan Ekonomi Kreatif Kota Bandung

 

Meski begitu, Wawan menyebut sejauh ini jumlah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Jawa Barat yang bergerak di bidang ekraf ada 215, yang tersebar di berbagai kabupaten/kota.

Dibagian ini, pemerintah juga kembali berperan penting agar lulusan dari SMK bisa diberi wadah untuk berkembang sesuai bidangnya masing-masing.

“Yang tak kalah penting adalah pelaku ekraf itu sendiri, katakan lah komunitas atau asosiasi, ada enggak itu di wilayah seputar Kota Bandung,” kata Wawan.

Intinya, lanjut Wawan, ekraf di Bandung Raya bisa maju beriringan jika semua sektor baik pemerintah, pelaku ekraf, akademisi bisa saling terhubung. Pasalnya Jawa Barat merupakan penyumbang terbesar seluruh Indonesia dalam perkembangan ekraf.

Terbukti, dari 8,2 juta pelaku ekonomi kreatif secara nasional, 1,5 juta ada di Jawa Barat. “Memang Jabar itu ekrafnya paling banyak se-Indonesia, disusul Jawa Timur, semoga kondisi kemajuan ekraf Jabar juga ditopang merata oleh seluruh kabupaten/kota di Jabar,” kata Wawan. (Tito Rahmatullah/BandungKita)

 

Comment