Simak! Begini Cara Bedakan Wartawan Beneran dan Wartawan Abal-abal Menurut PWI KBB

PWI KBB Gelar Seminar Peran Media dalam Pembangunan

 

BandungKita.id, NGAMPRAH – Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Bandung Barat menggelar seminar publik mengenai peran media dalam pembangunan daerah di Gelanggang Olahraga Desa Pasirhalang, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat (KBB).

Kegiatan Seminar bertajuk peningkatan kapasitas perangkat desa dan lembaga desa itu diikuti ratusan peserta yang terdiri para perangkat desa, perwakilan lembaga desa, masyarakat umum, hingga organisasi wanita di Kecamatan Cisarua.

Hadir sebagai nara sumber yakni Asisten 1 Bidang Pemerintahan Pemkab Bandung Barat Aseng Djunaedi, Direktur Eksekutif Kadin KBB Yenni Nur dan Ketua PWI KBB, Heni Suhaeni.

Heni Suhaeni mengatakan seminar tersebut sengaja digelar dengan tujuan untuk mengedukasi masyarakat khususnya para perangkat desa, kepala desa, hingga lembaga desa mengenai peran dan fungsi pers atau media dalam pembangunan di daerah termasuk di desa.

Sebab, kata Heni, tak sedikit para kepala desa maupun perangkat desa yang mengeluhkan kebiasaan mereka yang sering didatangi orang-orang yang mengaku sebagai wartawan. Namun, kata Heni, orang-orang yang mengaku sebagai wartawan itu tidak melakukan tugas dan fungsi seorang jurnalis melainkan hanya mencari-cari kesalahan dan meminta uang.

PWI KBB menggelar seminar Peran Media dalam Pembangunan Daerah di GOR Desa Pasirhalang, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Kamis (8/8/2019). (foto:istimewa)

 

“Saya tegaskan orang-orang yang sering datang ke desa dan meminta uang, itu bukan wartawan. Itu oknum yang mengaku-ngaku sebagai wartawan,” kata Heni seraya disambut tepuk tangan ratusan peserta yang hadir.

Dijelaskan Heni, seorang wartawan atau jurnalis beneran selalu menjalankan tugas dan fungsinya yakni mencari dan menyajikan informasi untuk masyarakat dengan cara-cara profesional dan bermartabat. Sebab seorang jurnalis yang baik, dia selalu memegang etika atau kode etik jurnalistik.

Tak hanya itu, dalam berpenampilan pun seorang wartawan profesional biasanya tidak terlalu mencolok. Tutur kata dan tindak-tanduknya selalu dijaga. Berbeda dengan wartawan abal-abal yang biasanya berpenampilan mencolok dan tidak memperhatikan etika atau kode etik jurnalistik.

“Seorang jurnalis itu harus bekerja di satu media yang sudah terverifikasi Dewan Pers dan memiliki sertifikasi UKW (Uji Kompetensi Wartawan). Kalau ngaku wartawan, tapi tidak punya media dan tidak tersertifikasi, itu bukan wartawan. Jadi wartawan yang bener itu tidak mudah, tidak bisa asal punya kartu,” jelas Heni.

BACA JUGA :

Status Tersangka Kasus Korupsi di RSUD Lembang Ditetapkan, Hengki Optimis Pemda KBB Raih WTP

 

Woow! Minim Bantuan Pemkab dan KONI KBB, Tim Arung Jeram Asal KBB Ini Raih Juara Dunia di Australia

 

Ia berharap kegiatan seminar semacam itu dapat kontinyu dilaksanakan agar masyarakat luas mengetahui siapa itu wartawan, bagaimana ciri-ciri wartawan profesional dan bagaimana wartawan itu bekerja. Pasalnya, kata Heni, masih ada anggapan di masyarakat bahwa wartawan itu ‘makhluk’ menyeramkan.

“Tidak salah memang kalau ada masyarakat yang takut kalau ketemu wartawan. Itu gara-gara ulah oknum yang ngaku-ngaku wartawan. Tapi melalui kegiatan ini kami ingin mengedukasi masyarakat agar jangan takut kalau ketemu orang yang mengaku wartawan. Kalau misalkan sampai memeras atau ngancam-ngancam, laporkan saja. Jangan takut, karena itu pasti bukan wartawan,” beber Heni.

Ia menambahkan, seorang wartawan profesional ketika memberitakan pun selalu memperhatikan aturan main, diantaranya keberimbangan berita (cover both side) dan selalu memverifikasi kebenaran suatu informasi sebelum dipublikasikan. Hal itu berbeda dengan wartawan abal-abal yang asal memberitakan tanpa memperhatikan aturan-aturan yang berlaku.

“Jadi ketika produk wartawan atau media yang bener itu misalkan nara sumber keberatan dengan isi pemberitaan, itu tidak bisa dipidana. Prosesnya itu sampaikan keberatan kepada media bersangkutan atau ke Dewan Pers untuk meminta hak jawab dan lain-lain. Nah kalau wartawan dan medianya enggak bener, itu bisa kena delik pidana. Laporkan saja,” kata Heni.

Sementara itu, Asisten 1 Bidang Pemerintahan Pemkab Bandung Barat Aseng Djunaedi mengatakan peran media dalam pembangunan daerah sangat luar biasa. Sebab tanpa media, kata Aseng, program-program pembangunan yang dijalankan pemerintah tidak akan diketahui masyarakat luas.

BACA JUGA :

Bupati Aa Umbara : Pusat Kota Kecamatan di KBB Akan Terintegrasi dengan Berbagai Fasilitas Publik

 

“Sebagus apa pun program atau keberhasilan pemerintah, jika tidak ada media akan sayang sekali karena tidak diketahui masyarakat. Lihat saja Pak Jokowi, beliau sangat dekat dengan media,” kata Aseng.

Aseng berharap ke depan media akan terus bersinergi dengan pemerintah terutama dalam kaitannya dengan program-program pembangunan maupun dalam mengedukasi masyarakat. Ia menyebut saat ini media tidak dapat dipisahkan dalam kesuksesan program pembangunan yang dijalankan pemerintah.

“Dalam rumus masagi selain pemerintah, masyarakat, pihak swasta, salah satu sudutnya adalah media. Jadi media ini sangat penting dalam pembangunan kita,” jelasnya. (M Zezen Zainal M)

 

Comment