Kisah Rahmat, Pria Asal Garut yang Sukses Jualan Belut

BandungKita.id, BANDUNG – Banyak jalan menuju Roma, pepatah tersebut nampaknya selaras dengan pengalaman hidup Taufiq Rahmat yang sukses berjualan belut sejak 2011 silam.

Meski dalam perjalanan karirnya pria asal Kecamatan Cisurupan Kabupaten Garut tersebut mengalami kesulitan. Namun ia mampu bertahan hingga 9 tahun berjualan hewan kaya manfaat tersebut.

Salah satu momen yang tak bisa terlupakan adalah saat dirinya ketakutan, dihampiri petugas yang akan menertibkan dagangannya. Bahkan ia sempat beberapa kali mengalami pemberesan paksa.

“Ya namanya juga berjualan di jalan, kadang diperingati sama petugas, dulu juga sempat minta untuk diberesin tapi sekarang sudah punya izin khusus dari kecamatan, kan cuma di sini aja yang jualan belut,” ujar pria yang akrab disapa Rahmat tersebut aaat ditemui, Jumat (29/3/2019).

Baca juga: Viral! Air Laut di Bawah Jembatan Suramadu Bak Terbelah, Ternyata Ini Penyebabnya

Meski ia sempat dihantui ancaman pemberesan paksa. Tak disangka, Rahmat juga merasakan buah manis usahanya tersebut dengan omzet yang cukup besar.

“Kalau lagi rame mah ya sehari itu satu sabtu minggu, bisa nyampai 25-30 kilo, kalau hari-hari biasa paling 10-8 kilo,” kisahnya.

Harganya pun bervariasi, Sekantung belut Rahmat mematok harga Rp. 10 ribu hingga Rp. 65 ribu. Ada pula Rp. 75 per kilonya. Omzetnya tak menentu, bisa mencapai Rp. 1 juta di akhir pekan, dan Rp. 500 ribu di hari-hari biasa.

Baca juga: Viral, Video Penjual Sayur Cantik di Sebuah Pasar Mirip Syahrini

“Kalau akhir pekan rame karena Kebanyakan yang sambil liburan, dari Jakarta, Sumatera, bahkan orang Kalimantan juga sering mampir, orang luar negeri juga ada tapi masih jarang,” papar Rahmat.

Setiap hari, Rahmat biasa menyiapkan barang dagangannya pada pukul 05.00 WIB dan berangkat pukul 07.00 WIB. Belut yang dijual Rahmat merupakan kiriman dari pemburu dan pengepul belut dari Garut Majalaya dan Rancaekek.

“Ini belut yang dijual adalah belut liar, belut alam, belut sawah bukan belut yang ada di peternak, jadi yang masok dari para pemburu, itu jadi belutnya asli,” jelas Rahmat.

Meski saat ini berbagai jenis transaksi jual beli sudah dilakukan secara online. Ia berharap pendapatannya dari jualan belut tidak terhalang.

“Walaupun segala macam jual di online, tapi buat saya mah tidak, soalnya saya sendiri tidak mengerti cara memasarkan secara online, semoga tidak tergerus aja,” Pungkas ayah anak satu tersebut. (Tito Rohmatulloh/BandungKita)

Editor: Dian Aisyah

Comment