Luar Biasa! Harga Pakan Unggas dan Ikan Mahal, Pria Asal KBB Ini Ciptakan Mesin Produksi Pakan Ramah Lingkungan

Kotoran Unggas Diolah Kembali Menjadi Pakan Ikan dan Ternak

BandungKita.id, KBB – Berangkat dari kegelisahan akibat terus melambungnya harga pakan unggas dan ikan, Rosyad Ma’ali (61) menciptakan mesin produksi pakan ramah lingkungan. Ia menciptakan alat produksi pakan itu di workshopnya di Pos Pelayanan Teknologi (Posyantek) Desa Rajamandala Kulon, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat (KBB).

Untuk memproduksi pakan unggas, dirinya membutuhkan mesin produksi berupa mesin pencacah, mesin peras, mesin oven, mesin mixing dan sejumlah alat pembantu produksi. Hal menarik dari kehadiran mesin produksi tersebut, yakni berpijak pada semangat ekologi alias ramah lingkungan.

Awal mula tercipta mesin tersebut berangkat dari ketertarikannya terhadap peternakan puyuh. Namun menurutnya, harga pakan untuk puyuh terbilang cukup mahal.

Alasan Rosyad memilih puyuh untuk diternakan karena Puyuh memiliki potensi bisnis yang menjanjikan.

“Permintaan pasar sangat tinggi. Sementara kompetitor sangat sedikit,” ujar Rosyad saat ditemui BandungKita.id di workshopnya, Rabu (31/7/2019).

Mesin produksi pakan ternak ramah lingkungan yang diciptakan Rosyad (61), warga Desa Rajamandala Kulon, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat (KBB).(Bagus Fallensky/BandungKita.id)

 

Dari pengalamannya beternak puyuh, ada sejumlah permasalahan yang ditemui. Menumpuknya kotoran yang dihasilkan kebanyakan menjadi limbah. Dari permasalahan itu, Rosyad justru memiliki ide. Ia berinisiatif untuk mengolah limbah kotoran unggas puyuh itu menjadi biogas yang juga disalurkan ke mesin pengering atau oven.

“Gasnya untuk kompor juga, jadi tidak ketergantungan ke gas elpiji. Limbahnya berbentuk cairan atau pupuk cair organik dari limbah kotoran puyuh yang menumpuk,” ujar pria yang juga dosen di Telkom University itu.

Selain biogas, limbah kotoran puyuh diolah juga untuk pupuk tanaman dan pakan ikan Lele. Lebih jauh, Rosyad mampu mengolah kotoran puyuh menjadi pakan puyuh kembali.

BACA JUGA :

Woow! Minim Bantuan Pemkab dan KONI KBB, Tim Arung Jeram Asal KBB Ini Raih Juara Dunia di Australia

 

 

Status Siaga Bencana Kekeringan di Bandung Barat Akan Ditetapkan Awal Agustus

 

“Jadi kotoran puyuh dimakan oleh cacing. Cacingnya diolah jadi pupuk organik. Cacingnya semakin banyak, proteinnya tinggi, dikeringkan, digiling, substitusi pakan puyuh. Tidak menghasilkan limbah. Itu idenya yang belum ada di peternakan lain,” paparnya.

Menurutnya, hampir seluruh peternak unggas, permasalahan pokoknya ada di pakan ternak yang terlalu mahal. Dari hal tersebut, Rosyad memutar otak untuk lebih menghemat pakan. Maka, muncullah ide menciptakan mesin produksi pakan ramah lingkungan.

“Mesinnya sampai sekarang sudah lengkap semua. Atas bantuan Telkom University dan Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (DPMD) KBB,” ungkap Rosad.

Rosyad Ma’ali (61), warga Desa Rajamandala Kulon, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat (KBB) yang menciptakan mesin produksi pakan ternak ramah lingkungan dan menekan signifikan biaya pakan yang harus dikeluarkan para peternak (Bagus Fallensky/BandungKita.id)

Pola Kerja Mesin Produksi Pakan

Rosyad menjelaskan, untuk mengolah pakan unggas, dirinya membutuhkan karbohidrat dan nutrisi yang diperolehnya dari jagung dan ikan yang sudah dikeringkan di sekitar Desa Rajamandala.

“Jagung dan batangnya dihancurkan menggunakan mesin pencacah. Batangnya itu seratnya, biji jagung sebagai karbohidratnya,” terangnya.

BACA JUGA :

Puluhan Ton Ikan di Jaring Apung Mati Mendadak, Diduga Ini Penyebabnya

 

 

Setelah dihancurkan, lalu diolah ulang menggunakan mesin pengayak agar hasilnya lebih halus. Sedangkan untuk dicampurkan dengan nutrisi atau ikan, bahan diolah kembali menggunakan mesin mixing. Dengan komposisi karbohidrat 60% dan nutrisi 40% takaran.

“Sedangkan kalau mau ditambah juga bisa menggunakan ampas tahu. Asal jangan menggunakan obat kimia. Sebab untuk kwalitas ke tubuh hewan akan berdampak kurang bagus,” jelas Rosyad.

Hasil olahan ada dua macam. Untuk pakan petelur, dari hasil yang agak kasar. Sedangkan untuk puyuh yang masih berusia dini, tersedia pakan lebih halus seperti tepung.

Tidak hanya mesin olah pakan unggas. Mesin tersebut juga mampu mengolah berbagai macam rempah. Seperti halnya olah serbuk kunyit dan bahan rempah lain.

Menurut Rosyad, mesin pencacah yang ia ciptakan mampu mencacah plastik untuk bahan olah paving blok berbahan limbah plastik. Bahkan sekeras kayu pun bisa hancur oleh mesin pencacah.

Dia berharap, konsep mesin ramah lingkungan tersebut mampu menjadi barometer teknologi tepat guna di Jawa Barat bahkan Indonesia. Namun yang terpenting bagi dia, mesin temuannya tersebut dapat bermanfaat bagi para peternak di Jawa Barat yang kerap dihadapkan pada harga pakan yang mahal.

“Semoga bisa jadi percontohan untuk desa lain sebagaimana program Pemprov Jabar ‘one village one company’. Kita sudah siap,” ujarnya sambil tersenyum.***(Bagus Fallensky/BandungKita.id)

Editor : M Zezen Zainal M

Comment