Ratusan Hektare Sawah di Garut Alami Kekeringan

BandungKita.id, GARUT – Ratusan hektare sawah di Kabupaten Garut mengalami kekeringan akibat musim kemarau sejak tiga bulan terakhir. Salah satu wilayah yang mengalami kekeringan adalah Kecamatan Cibatu, luas lahan sawah yang terdampak sekitar 200 hektare.

Menurut Camat Cibatu Sadirman Tanjung, ratusan hektare sawah yang mengalami kekeringan disebabkan tidak adanya sumber air untuk mengairi sawah warga.

“Jadi kalau di Cibatu itu mengandalkan air hujan, karena sebagian lahan sawah ada di pebukitan,” ucapnya, Senin (5/8/2019).

Baca juga:

Korban Gempa di Garut Dapat Santunan dari Kapolres

 

Sadirman mengatakan pihaknya sudah meminta kepada pihak pemda agar air dari Bendungan Copong bisa digilir ke daerah Cibatu. Hanya saja katanya, debit air di Bendungan Copong juga tidak begitu besar.

“Bendungan Copong juga kondisinya sama, debit airnya tidak begitu banyak,” katanya.

Tidak hanya di Cibatu, sejumlah petani di Desa Cibiuk Kaler, Kecamatan Cibiuk, juga mengeluhkan hal yang sama dimusim kemarau yang menyebabkan lahan pertanian garapannya kering tidak bisa digunakan bertani sejak tiga bulan terakhir.

“Ada 150 hektare sawah dilanda kekeringan akibat kemarau,” kata Kepala Desa Cibiuk Kaler Enggis Erawan.

Ia menuturkan, sebagian besar masyarakat Desa Cibiuk Kaler profesinya sebagai petani dengan garapannya lahan pesawahan.

Namun dampak kemarau yang berlangsung lama, kata dia, lahan pertanian garapan petani di Desa Cibiuk Kaler sudah keras mengering tidak bisa bercocok tanam karena tidak ada pasokan air.

“Lahan pertanian di desa kami ini mengandalkan air hujan, sementara aliran air dari Bendungan Copong belum ada,” katanya.

Baca juga:

Warga Garut Mulai Kesulitan Air Bersih, Ini yang Dilakukan PDAM Tirta Intan

 

Ia mengungkapkan, hasil laporan sementara lahan pertanian yang dilanda kekeringan seluas 150 hektare, dari luas lahan di Desa Cibiuk Kaler sekitar 200 hektare.

Sebagian kecil lahan pertanian, kata dia, masih bisa dimanfaatkan untuk bertani karena dekat dengan sumber air dari aliran Sungai Cimanuk.

“Akibat kemarau ini masyarakat petani sangat rugi, seharusnya sekarang ini panen tapi karena kekeringan jadi rugi,” katanya.

Kondisi lahan pesawahan di desa tersebut sudah belah, bahkan banyak tanaman padi yang mengering, bahkan yang sudah memasuki usia panen tidak tumbuh banyak bulir padi.***(M Nur el Badhi)

Editor: Restu Sauqi