Sikapi Ancaman Learning Loss di KBB, ini Upaya Disdik Bandung Barat

KBB, Pendidikan, Terbaru1573 Views

BandungKita.id, KBB – Pemerintah kembali memperpanjang pemberlakuan pembatasan masyarakat (PPKM) hingga 23 Agustus 2021.

Kebijakan tersebut diambil lantaran kasus COVID-19 yang belum reda hingga saat ini. Namun, hal itu juga membawa dampak negatif terhadap berbagai sektor, salah satunya pendidikan.

Pasalnya, kekhawatiran jika pembelajaran jarak jauh (PJJ) terus dilakukan yakni terjadinya learning loss di kalangan siswa. Learning loss adalah menurunnya kompetensi belajar siswa. Contoh nyata learning loss ini bisa dilihat pada kemampuan anak membaca dan berhitung akan berkurang signifikan.

Menyikapi hal itu, Kepala Dinas Pendidikan Asep Dendih melalui Kepala Bidang SD Dadang A. Sapardan mengatakan, pihaknya mulai mengoptimalkan pembelajaran di sekolah, khususnya jenjang sekolah dasar (SD) dengan menyiapkan modul-modul yang bisa digunakan saat para siswa tidak bisa belajar secara daring.

“Berdasarkan informasi yang kami terima, ternyata di KBB masih banyak anak-anak yang tidak bisa belajar secara daring,” katanya saat dihubungi BandungKita.id, Rabu (18/8).

Selain itu, lanjut Dadang, pihaknya juga mendorong sekolah untuk melakukan komunikasi secara intens dengan orang tua siswa berkaitan dnegan proses pembelajaran yang dilakukan para siswa di rumahnya masing-masing.

“Tapi itu antisipasi yang sekarang dilakukan. Insyaallah ke depan kita akan segera berkomunikasi dengan rekan-rekan seluruh kepala sekolah tentang bagaimana menyikapinya masalah loss learning ini agar tidak terlalu berdampak negatif terhadap perkembangan anak,” bebernya.

Sebelumnya, Rythia Afkar, Economist, World Bank memperkirakan presentase learning loss meningkat sebanyak 10 persen.

Menanggapi hal itu, Dadang mengaku, pihaknya tengah berupaya melakukan komunikasi secara internal dan eksternal dengan melakukan sosialisasi secara masif dengan kepala sekolah di KBB.

“Kita akan melakukan sosialisasi secara rutin untuk menyikapi masalah learning loss ini,” ujarnya.

“Ke depan kita juga akan menurunkan pengawas untuk melihat kondisi riil di lapangan,” sambungnya.

Perlu diketahui, The Education and Development Forum (2020) mengartikan bahwa learning loss adalah situasi dimana peserta didik kehilangan pengetahuan dan keterampilan baik umum atau khusus atau kemunduran secara akademis, yang terjadi karena kesenjangan yang berkepanjangan atau ketidakberlangsungannya proses pendidikan.

Baca Juga:

Momentum 17 Agustus, Plt Bupati Hengky Ajak Masyarakat Berjuang Lawan Covid

Yuk Simak, Berikut ini Adalah Tips Mencegah dan Sembuhkan Flu

Gak Usah Panik! Berikut ini Solusi agar Tekanan Darah Anda Bisa Dikontrol

Hal ini sebagian besar disebabkan oleh terganggunya proses pendidikan formal.
Dalam setahun ini, 75% sekolah di seluruh dunia, sempat bahkan masih belum membuka kembali pembelajaran tatap muka. Data dari berbagai penelitian, terdapat tiga masalah pokok akibat dari sekolah tidak melakukan tatap muka:

  1. Penurunan Tingkat Keinginan Belajar

Dengan tidak pergi sekolah, kebanyakan peserta didik merasa seperti tidak memiliki alasan dan motivasi yang cukup kuat untuk belajar. Ketika biasanya guru memperhatikan mereka secara langsung di kelas, tingkat keinginan belajar mereka relatif lebih terjaga. Tetapi saat tidak ada guru, biasanya kesadaran belajar ini pun menurun. Akhirnya, orang tua di rumah berjuang lebih keras agar mereka tetap semangat belajar disamping meyakinkan mereka ada dalam kondisi aman dan sehat.

2.Meningkatnya kesenjangan

Pembelajaran melalui moda daring atau distance learning (Pembelajaran Jarak Jauh) membuka peluang adanya disparitas atau kesenjangan belajar peserta didik. Peserta didik yang memiliki fasilitas belajar yang baik, dukungan keluarga yang utuh, hampir pasti memiliki tingkat keberhasilan dan keterlibatan yang baik dalam belajar. Tidak dipungkiri, banyak peserta didik yang minim fasilitas dan dukungan keluarga yang kurang, tetap bersemangat dalam belajar, namun tentu ini situasi yang anomali. Kurang efektifnya tes formatif, ditiadakannya berbagai evaluasi, cukup membuat peserta didik dan guru kehilangan acuan seberapa jauh pembelajaran dikatakan berhasil.

  1. Kemungkinan Putus Sekolah (Drop Out)

Ketidakpastian akan kapan sekolah kembali normal berakibat pada munculnya kebosanan yang mendorong beberapa peserta didik ingin berhenti sekolah. Alasan ketiadaan fasilitas, kebingungan menghadapi tugas/PR yang dianggap terus menerus dan memberatkan, juga kebosanan membuka jalan untuk para siswa yang hidup di tengah keterbatasan untuk memilih bekerja sehingga dapat meringkankan beban keluarga dan bisa menghidupi dirinya sendiri. Tentu ini harus dihadapi dengan penuh empati, terutama mereka yang sudah duduk di kelas/tingkat akhir masa pendidikannya. Waktu dan tenaga yang sudah mereka berikan akan terbuang percuma. (Agus SN/BandungKita.id). ***

Editor: Agus SN

Comment