BandungKita.id, NGAMPRAH – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandung memprediksi musim kemarau akan melanda wilayah Kabupaten Bandung Barat pada pertengahan Juni hingga awal Juli 2019, puncak kemarau terjadi pada bulan Agustus dan berakhir di bulan September.
“Puncak musim kemarau terjadi di bulan Agustus. Lalu di akhir September kita berganti ke musim hujan lagi,” ungkap Kepala Stasiun Geofisika Bandung, Tony Afus Wijaya, Kamis (13/6/2019).
Baca juga:
Hadapi Musim Kemarau, BPBD Siap Pasok Air Bersih untuk Sejumlah Wilayah Rawan Kekeringan
Dia mengimbau agar masyarakat KBB melakukan penyimpanan air bersih untuk menghadapi puncak kemarau.
“Sebaiknya sekarang masyarakat mulai mengantisipasi musim kemarau ini dengan cara menghemat air. Menjaga sumber sumber air agar di puncak kemarau tidak terkendala air bersih,” imbaunya.
Menurut Tony, yang dimaksud musim kemarau bukan berarti tidak ada hujan sepanjang musim. Dia mengatakan hujan tetap ada, namun akan berkurang secara intensitas.
“Di awal-awal kemarau cuaca cenderung cerah tapi masih ada hujan ringan terutama sore hari. Secara bertahap akan berkurang,” sebutnya.
Baca juga:
Pemkab Bandung Barat: Hambur di Bidang Infrastruktur, Acuh pada Aspek Mitigasi Bencana
Tony menjelaskan, pada saat musim kemarau akan terasa panas meski suhu sama dengan musim hujan yakni 31-32°C. Karena sebelumnya kita terbiasa kondisi berawan di siang hari.
“Puncaknya bisa lebih dari 31-32°C. Maksimum bisa sampai 33-34°C saat siang hari yaitu sekitar pukul 12.00 siang. Sedangkan suhu minimum hanya 18°C,” papar Tony.
Jika berkaca pada tahun-tahun sebelumnya, Tony memprediksi potensi bencana yang akan terjadi pada musim kemarau di KBB adalah kebakaran.
“Maka lebih hati-hati kalau buang puntung rokok, atau benda-benda yang rawan terbakar,” pungkasnya.***(Bagus Fallensky/BandungKita.id)
Editor: Restu Sauqi
Comment