BandungKita.id, GARUT – Banyaknya penyamak kulit yang gulung tikar dan pindah profesi, berdampak pada harga jual kulit sapi dan domba. Hal ini diungkapkan oleh Ketua Bidang Advokasi Hukum dan Humas, Asosiasi Penyamakan Kulit Indonesia (APKI) Garut, Sukandar, .
Ia membenarkan bahwa kulit pada saat kurban tahun ini terjadi penumpukan karena harganya yang anjlok . “Iya benar (harga kulit) di kurban tahun ini anjloknya sangat jauh,” ucapnya saat dihubungi, Senin (12/8/2019).
Pada tahun ini harga kulit sapi di hargai Rp 6 ribu per kilonya, sementara untuk kulit domba di hargai lebih murah yakni Rp 20 ribu per lembar kulitnya.
Biasanya pada tahun lalu, harga kulit sapi mencapai harga tertinggi dengan Rp12ribu perkilonya, sementara untuk kulit domba dihargai Rp70ribuan lebih per lembar kulitnya.
BACA JUGA:
Kebakaran Gunung Guntur : Antara Mitos, Perambahan Hutan dan Agresivitas Penambang Pasir
“Tahun ini memang sangat murah,” ucapnya.
Sukandar mengatakan bahwa hal ini disebabkan karena para penyamak ada yang beralih ke pekerjaan lain. Bahkan ada juga yang gulung tikar.
“Banyak penyamak yang gulung tikar juga ada yang beralih profesi, hal ini mengakibatkan adanya penumpukan kulit dan permintaan rendah jadi harga turun,” katanya.
Meski pengrajin kulit setiap harinya membutuhkan banyak sekali kulit domba maupun kulit sapi, tapi ketika penyamaknya kebanyakan tidak ada hal ini mengakibtakan penurunan harga kulit.
BACA JUGA:
5 Pantai di Garut Ini Wajib Dikunjungi Karena Pesona Eksotisnya
Terpisah, Asep (41) pengepul kulit mengaku pada tahun ini harga kulit menjadi harga terendah selama beberpaa tahun terakhir. Biasanya dirinya pada setiap kurban mengumpulkan puluhan bahkan ratusan kulit sapi dan domba.
Namun pada tahun ini, dirinya hanya menarik tidak tidak lebih dari 10 kulit saja. “Harganya sekarang hancur, hampir turun setengahnya dari tahun lalu,” katanya. (M Nur el Badhi/Bandungkita.id)
Editor: Dian Aisyah
Comment