Perangi Buta Huruf, Pria Asal Kabupaten Bandung lni Sulap Kandang Ayam Jadi Perpustakaan Warga

BandungKita.id, BANDUNG – Rendahnya minat baca masyarakat di Indonesia, terus menjadi perhatian banyak pihak, termasuk salah satu pegiat lingkungan asal Pacet, Kabupaten Bandung, Iman Sulaeman.

Pria yang kerap disapa Dayak tersebut menuturkan, persoalan minat baca bukan tergantung fasilitas, tapi sejauh mana suasana membaca dapat hadir dengan konsep yang menarik.

Berangkat dari itu, pada 1 Desember 2018, Dayak merubah bentuk kandang ayam miliknya menjadi perpustakaan bernama Perpus Alam Malabar, yang terletak di Kampung Sukanagara RT 01, RW 06, Desa Mekarsari, Kacamatan Pacet, Kabupaten Bandung.

Baca juga: Tingkatkan Budaya Baca, Mahasiswa Itenas Gelar Festival Literasi

Sebelumnya, Dayak juga sempat berencana mendirikan perpustakan masyarakat di Papua, saat dirinya mengikuti kegiatan jelajah NKRI, pada 2017 lalu. Namun niat tersebut tak bisa diwujudkan karena beberapa kendala.

Sepulang dari Papua, semangat Dayak mengabdi bagi masyarakat dengan cara memerangi buta huruf tak pernah surut. Hingga akhirnya ia memutuskan mendirikan Perpus Alam Malabar yang disulap dari bekas kandang ayam.

Nama Malabar diambil dari salah satu nama gunung dekat lokasi perpustakaan tersebut. Adapun konsep yang diusung perpus ini adalah: sederhana, namun mengasyikan.

“Kita ingin masyarakat disini khususnya, bisa akrab dengan buku. Karena kita tahu bersama, minat baca di Indonesia masih sangat minim,” kata Dayak kepada BandungKita, Sabtu (16/2/2019) kemarin.

 

Pegiat lingkungan asal Pacet, Kabupaten Bandung, Iman Sulaeman atau Dayak menyulap kandang ayam menjadi perpustakaan.

 

Mahasiswa yang aktif di organisasi Pecinta Alam UIN Bandung (Mahapeka) itu, menjelaskan motivasi mendirikan Perpus Alam Malabar tak lain sebagai bentuk pengabdiannya kepada masyarakat.

“Selain harus bekerja, bagi mahasiswa, pengabdian itu adalah hal yang tidak bisa ditawar lagi. Maka saya mendirikan ini untuk pengabdian itu sendiri,” kata Dayak.

Baca juga: Azis, Si Bocah Pencipta Ribuan Layang-Layang Asal Singajaya

Saat masa pendirian, Dayak bercerita ia dibantu oleh keluarga dan beberapa tukang. Hingga kini, masyarakat rutin datang ke Perpus untuk membaca.

“Kebetulan disini ada dua pesantren dan satu sekolah jadi kebanyakan anak-anak yang terus berdatangan kesini, alhamdulillah mayarakat juga mulai tahu ada perpus ini,” tambahnya.

Ada pun, buku yang tersedia di Perpustakaan Alam Malabar terdiri dari bermacam jenis mulai dari buku pelajaran SMP, SMA, buku kuliah, novel, sastra, bahkan lingkungan.

“Bukunya umum sih. Yang masih minim ketersediaan buku pelajaran SD,” kata Dayak

Edukasi Melestariakan Alam

Selain menyediakan berbagai buku, sesuai dengan namanya, Perpus Alam Malabar juga menggelar pendidikan edukasi pelestarian alam.

Lokasi perpus yang berada di daerah hulu sungai Citarum, mendukung terselenggaranya pendidikan lingkungan bagi masyarakat.

“Untuk edukasi alam kita kerja sama, kalau untuk materi dasar biasanya ada dari Mahapeka. Kita juga pernah ada penanaman pohon, kerjasama dengan tim dari Lindungi Hutan,” ujarnya.***(Tito Rohmatullah)

Editor: Restu Sauqi

Comment