BandungKita.id. BANDUNG – Orang tua siswa SMA Taruna Pelita Nusantara Bandung, Andi M Ridwan F (51) melaporkan pihak sekolah ke Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Peremepuan dan Anak (P2TP2A).
Ia melaporkan sekolah karena anaknya bernisial AR dikeluarkan tanpa pemberitahuan oleh pihak sekolah. Ridwan sapaan akrabnya, menuturkan pelaporan tersebut juga dilakukan orang tua murid lainnya, berinisial EAY.
“Ya anak kami dikeluarkan oleh pihak sekolah, dengan alasan yang tidak jelas, padahal anak kami tidak memiliki masalah secara akademik bahkan terbilang anak yang baik,” kata Ridwan seusai melapor ke UPT P2TP2A Kota Bandung Jalan Ibrahim Adjie Nomor 84 Kota Bandung, Kamis (18/4/2019).
“Ini kan merenggut hak pendidikan anak kami,” lanjut Ridwan.
Usut punya usut, Ridwan bercerita bahwa pihak sekolah mengeluarkan buah hatinya tersebut dengan alasan menunda SPP selama tiga bulan terhitung sejak Januari, Februari, dan Maret 2019.
Penundaan iuran SPP tersebut, kata Ridwan sebagai bentuk desakan agar kurikulum, fasilitas serta pelayanan, di sekolah tersebut bisa lebih baik, karena sudah sejak lama dibiarkan kumuh dan tidak terawat.
Meski begitu, iuran tersebut kini sudah dilunasi Ridwan beserta orang tua korban lainya dengan nominal 3,4 juta perbulan. Jika ditotalkan maka SPP AR dan EAY dalam tiga bulan tersebut masing-masing Rp 10,2 Juta.
“Tapi anak kami tetap tidak bisa kembali lagi besekolah. Kami ya merasa keberatan. Makanya kami melapor ke berbagai pihak-pihak terkait salah satunya ini, tadi kami juga sudah melapor ke Dinas Pendidikan Wilayah 7 yang menaungi Kota Bandung dan Kota Cimahi ” kata Ridwan.
BACA JUGA:
Waduh! Gara-gara Telat Bayar SPP 3 Bulan, Tiga Siswa SMA di Bandung Dikeluarkan dari Sekolah
KPAI Ingatkan Guru Untuk Pahami Undang-undang Perlindungan Anak
Ridwan yang merupakan Ketua Komite Sekolah, mengaku berkewajiban memantau aktifitas sekolah agar terselenggara dengan baik.
Ia seringkali menyampaikan keluhan dan aspirasi dari para orang tua murid lain. Ridwan menyebut para orang tua murid sejak lama mengeluhkan tentang fasilitas dan sarana prasarana sekolah yang dinilai tidak layak.
Apalagi, para orang tua murid harus merogoh kocek dalam- dalam untuk menyekolahkan anaknya di sekolah tersebut. Ketika masuk, para orang tua dijanjikan fasilitas dan sarana prasarana serba wah.
Namun faktanya berbeda. Fasilitas dan sarana prasarana sekolah sangat tidak layak bahkan sangat kumuh untuk ukuran sekolah elit dan mahal.
Keluhan yang disampaikan Ridwan pada pihak sekolah pun disinyalir menjadi penyebab anaknya dikeluarkan.
“Ya memang nuansa itu sangat kental, jadi kami komite sekolah selalu menyampaikan saran masukan kepada yayasan, kepada sekolah, manajemen, tujuanya untuk perbaikan mutu pendidikan, mutu pelayanan kegiatan belajar,mengajar, di SMA tersebut, juga untuk peningkatan kenyamanan anak-anak di barak, hal ini lah yang tidak disukai mereka,” kata Ridwan.
“Oleh sebab itulah kami oleh yayasan dipandang bikin gaduh mungkin,” lanjutnya.
Pasca pelporan ini, lanjut Ridwan pihaknya akan menempuh jalur hukum jika memang tidak ada solusi yang bisa menyelamatkan hak pendidikan anak dan murid lainnya.
“Jadi kami pun akan menempuh jalur hukum bila ini tidak bisa selesai kami akan temouh jakur hukum karena banyak yang kami ketahui bahwa perbuatan dari yayasan sekolah yang menyimpang dari aturan dan kami punya data nya, kalau tidak ada solusi kami akan laporkan ini ke jalur hukum,” tegas Ridwan.
Sementara itu, Kasubag Tata Usaha sekaligus PLT Kepala UPT P2TP2A Kota Bandung menuturkan pihaknya belum bisa memberikan keterangan lebih lanjut karena alasan prosedural.
Yakni pihaknya hanya memberi keterangan pada media jika sudah mengantongi surat izin dari Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Pemberdayaan Masyakat (DP3APM).
Meski begitu, dirinya menjelaskan secara umum pihak UPT P2TP2, akan melakukan prosedur sebagaimana mestinya.
“Ya saya belum dapat informasi lebih lanjut tentang laporan ini namun yang pasti kita akan lakukan tindakan secepatnya agar penaganan persoalan ini juga bisa optimal,” ujarnya menolak disebut nama. (Tito Rohmatulloh/BandungKita.id)
Comment