Walhi Kritik Jokowi Karena Sebut Banjir Kalsel Akibat Curah Hujan

BandungKita.id, NASIONAL – Sungai Barito meluap karena tak sanggup menampung curah hujan tinggi 10 hari berturut-turut menyebabkan 27 ribu rumah di 10 kabupaten dan kota Kalimantan Selatan (Kalsel) terendam banjir . 

Total area terendam seluas 181 ribu hektare terendam atau 4 persen luas Kalsel. Per 16 Januari, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat 112.709 jiwa terpaksa mengungsi.

Banjir terparah di Kalsel selama 50 tahun terakhir ini dipicu oleh ekspansi tambang dan kebun sawit. Namun, Presiden Joko Widodo menyebut penyebabnya yaitu curah yang hujan tinggi.

“Daya tampung Sungai Barito hanya 230 juta meter kubik, sedangkan akibat curah hujan yang sangat tinggi hampir 10 hari berturut-turut menghasilkan air sebesar 2,1 miliar kubik air,” kata Jokowi saat meninjau lokasi banjir, dilansir Republika.

BACA JUGA :

Walhi : Bupati KBB Aa Umbara Hanya Cari Untung di Proyek Kereta Cepat dengan Dalih Keberpihakan Pada Rakyat

Tumpahan Minyak di Karawang Merambah ke Bekasi Hingga Pulau Seribu: Walhi Imbau Pertamina Patuhi Perpres

Walhi Soroti Proyek PLTU di Jabar : Mulai dari Isu Lingkungan, Soal Kesejahteraan Masyarakat Hingga Aroma Dugaan Korupsi

Menanggapi bencana, Sekretaris Daerah (Sekda) Kalsel Roy Rizali Anwar mengaku pihaknya akan mengevaluasi penggunaan lahan di Kalsel.

“Kami akan kaji secara komprehensif apa penyebabnya sehingga tidak terulang. Karena yang terdampak sangat luas hampir 2,6 juta hektare. Kita kaji dari sisi penggunaan lahan, aliran sungai, pemukiman,” kata Roy.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Nasional Nur Hidayati menanggapi pernyataan Jokowi.

Presiden Jokowi (Sumber : Humas Sekretariat Kabinet Republik Indonesia)

Ia menilai Presiden telah mengesampingkan faktor lain yang menyebabkan semua air hujan tumpah ke sungai.

Pasalnya, daerah serapan air makin berkurang akibat alih fungsi lahan. menyalahkan hujan tanpa melihat faktor lain akan menimbulkan pemahaman publik yang salah.

“Alih fungsi lahan yang signifikan terjadi pada 2010-2020. Misalnya luas hutan primer di Kalsel berkurang 13 ribu hektare, hutan sekunder berkurang 116 ribu hektare, sawah berkurang 146 ribu hektare, dan semak belukar berkurang 47 ribu hektare,” kata Nur Hidayati.

Courtsey : Najwa Shihab

Kritik lebih keras datang dari Direktur Eksekutif Walhi Kalsel Kisworo Dwi Cahyono, “Ya kalau hanya sekadar menyalahkan curah hujan, mending enggak usah ke sini [Kalsel]. Jadi kalau hanya menyalahkan curah hujan, sangat kecewa saya. Seharusnya Jokowi ke sini bukan hanya sekadar menyalahkan hujan dan sungai,” kata Kisworo.

Kisworo juga menuturkan saat ini 50 persen lahan Kalsel beralih fungsi menjadi tambang (33 persen) dan perkebunan sawit (17 persen). Ia mendesak pemerintah mengevaluasi secara menyeluruh izin-izin yang dikeluarkan, sebab alih fungsi lahan menyebabkan degradasi hutan, menjadikan banjir sebagai salah satu dampaknya.

Sampai berita ini diturunkan, korban meninggal akibat banjir Kalsel mencapai 21 orang, dengan lebih dari 100 ribu warga terpaksa mengungsi. (*).

Editor : Azmy Yanuar Muttaqien

Comment