Suarakan Toleransi dan Perdamaian Lewat Festival Pesona Budaya Bauran Cap Go Lak

Kota Bandung920 Views

BandungKita.id, BANDUNG – Pegiat seni yang tergabung dalam Komunitas Budaya Reak di Kota Bandung menggelar Festival Pesona Bauran Cap Go Lak, di Lapangan Kampung Jati Pasirbiru, Jalan Manisi, Kecamatan Cibiru, Kota Bandung, Sabtu (23/2/2019).

Festival tersebut digelar dalam bentuk pagelaran percampuran kesenian lokal Jawa Barat dengan Tionghoa. Seperti reak, badawang, sisingaan, kuda renggong, kemprung jaipong dan pencak silat yang dipadukan dengan seni rajawali, barongsai, liong.

“Tujuannya sebagai bentuk wujud toleransi budaya yang penuh kerukunan, keharmonisan dan kebersamaan dalam bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Seni Bauran Cap Golak 2019 ini juga diawali dengan acara bersih desa, sebagai bentuk gotong royong warga dengan sajian tradisi upacara Ruatan Kampung,” kata Ketua Pelaksana Abah Enjum.

Selain itu, festival tersebut juga melibatkan ratusan komunitas Sepeda Gobar Sehat yang akan menyusuri Curug Cilengkrang hingga jalur yang dinamai Track Sayang Istri. Kegiatan ini cukup menyedot antusias warga dan ditargetkan tidak kurang dari 5000 orang pengunjung. Khususnya masyarakat Kota Bandung, dan wisatawan dari berbagai kota di se-Jawa barat.

“Kita ingin seni tradisi ini juga menyasar generasi muda, karenanya kita hadirkan pula sajian musik etnik dari United States of Bandung Percussion yang keren, yang digandrungi kaum milenial,” ujar Abah Enjum.

Tak ketinggalan, acara yang berlangsung sejak pukul 09.00 WIB hingga sore hari tersebut juga akan menggelar doa kebangsaan dengan KH Maman Imanulhaq Faqih dari Pesantren Al Mizan Jatiwangi, Majalengka yang juga Ketua Nasional Masyarakat Sadar Wisata. “Semoga ini terus di gelar berulang di tahun-tahun selanjutnya,” katanya.

Sementara itu salah satu warga, Mariyani (38) mengatakan acara tersebut perlu diapresiasi oleh warga Bandung agar lebih mengenal kesenian tradisional. “Acaranya bagus ini buat warga Bandung. Biar tahu seni-seni tradisional juga bagus, dan harus terus ditampilkan agar tidak dilupakan,” kata ibu asal Cibiru tersebut. (Tito Rahmatulloh/Bandungkita.id)

Editor: Dian Aisyah

Comment