BandungKita.id, SAGULING – Sekitar 25 ton ikan mas dan nila di Keramba Jaring Apung (KJA) Waduk Saguling mati mendadak akibat cuaca buruk akhir-akhir ini. Kepala Badan Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu (BKIPM) Jawa Barat Dedi Arief Hendriyanto mengatakan matinya puluhan ton ikan ini merupakan kasus berulang.
“Ini kan sebetulnya kejadian berulang, hampir tiap tahun ada. Seharusnya bisa diantisipasi oleh petambak,” ujar Dedi.
Dedi mengatakan kejadian ini biasanya terjadi saat hujan deras atau disebut gejala upwelling. Gejala upwelling ini membuat air yang hangat berputar ke permukaan sementara yang dingin turun ke dasar.
“Perputaran air dengan kondisi hangat ke atas dan dingin ke bawah, ini kemudian mengaduk sedimentasi pakan ikan yang terakumulasi sejak lama lalu menimbulkan reaksi kimia amonia yang membuat ikan akhirnya keracunan sampai mati mendadak,” tuturnya.
BACA JUGA :
Lubang Besar di Jalan Rajamandala-Saguling Ancam Pengendara, 2 Tahun Tak Diperbaiki
Penuhi Kebutuhan Warga, PDAM Kota Bandung Akan Salurkan Air dari Waduk Saguling
Mayat Laki-laki Tanpa Identitas Ditemukan di Tepi Sungai Saguling KBB
Dedi menjelaskan ikan yang sudah mati karena keracunan biasanya masih bisa dikonsumsi namun tergantung dari kondisinya. Namun kebanyakan, ikan sudah mengalami pembusukan karena terpapar patogen.
“Enggak akan mengancam pengonsumsi meskipun keracunan meskipun penyakit, asal bukan zoonosis. Yang penting dicuci bersih. Tapi memang sebaiknya yang mati langsing dibuang dan tidak dipaksakan untuk dijual, karena berpotensi terpapar patogen yang menyebabkan pembusukan,” jelasnya.
Untuk mengantisipasi kejadian keracunan ikan di KJA, sebetulnya petambak bisa melakukan pengendalian kepadatan ikan dan penaikan jaring apung.
“Kalau sudah musim hujan kepadatan KJA harus dikurang lalu keramba dinaikkan. Biasanya kan kedalamannya 3 sampai 4 meter, jadi dinaikkan saja. Jadi nanti sisa pakannya bisa dibersihkan,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan (Dispernakan) Kabupaten Bandung Barat (KBB) Unang Husni Thamrin menjelaskan kejadian tersebut sudah terjadi sejak sepekan terakhir.
“Sekitar hari Selasa sampai Jumat pada minggu lalu terjadi kematian ikan KJA di blok Bunder, Perlas dan Gombong. Yang mati sampai terbuang akhirnya itu ada 25 ton,” ungkap Unang, Minggu (31/1/2021).
Unang mengatakan sebetulnya ada 40 ton yang terdampak cuaca buruk dan keracunan hingga mabuk sampai mati. Namun 40 persennya masih bisa diselamatkan dengan dijual.
“Kematian ikan-ikan itu bertahap, dari 40 ton sekitar 40 persennya nya masih bisa dipasarkan dalam keadaan mabuk. Kerugian materil pembudidaya ikan KJA diperkirakan mencapai Rp 500 juta,” tandasnya dikutip dari Detik (*).
Editor : Azmy Yanuar Muttaqien
Comment