Antisipasi Gelombang Ketiga COVID-19, Ini Langkah Dinkes Kota Bandung

BandungKita.id, Bandung – Dinas Kesehatan Kota Bandung menyiapkan tiga langkah penting agar tidak terjadi lonjakan kasus COVID-19. Ini juga sebagai langkah antisipasi ancaman gelombang COVID-19 yang diprediksi akan terjadi pada akhir 2021.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinkes Kota Bandung, Rosye Arosdiani mengatakan, langkah pertam yakni dengan menjalankan pola hidup sehat, serta patuh protokol kesehatan dalam kehidupan sehari-hari.

“Pertama yaitu dengan tetap mempertahankan pola hidup yang berubah yaitu tetap menjalankan 5M yakni menjaga jarak, mencuci tangan, memakai masker, menjauhi kerumunan, dan mengikuti vaksinasi COVID-19,” katanya, Selasa (19/10/2021).

Langkah kedua, sambungnya Dinkes melakukan 3T atau testing, tracing dan treatment untuk pelacakan kasus kontak erat, termasuk melakukan surveylens lain di seperti di sekolah. Hal ini sesuai dengan intruksi Kementrian Kesehatan, sekolah yang melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM), maka 10 persennya harus dilakukan random sampling (test acak).

“Artinya dilakukan test Covid-19 di sekolah dari berbagai tingkatan secara random. Sampai hari kemarin (Senin, 18/10) kita sudah melakukan sampling kepada 1.512 warga sekolah mulai dari siswa dan guru,” katanya.

“Juga di puskesmas semua kasus ISPA dan lili. Artinya yang sakit batuk pilek dilakukan pemeriksaan rapid antigen maupun PCR, untuk memastikan Covid-19 atau bukan dan itu dilaksanakan di puskesmas,” tambah Rosye.

BACA JUGA:

Dinkes Kota Bandung Catat 14 Guru dan Siswa Positif Covid-19 Selama PTM Terbatas

FAGI Desak Pemkot Bandung Hentikan PTM Terbatas di Sekolah yang Terdapat Kasus COVID-19

Kemudian yang terakhir, Dinkes tengah memeriksa Whole Genome Sequence (WGS) artinya untuk melacak apakah ada varian baru yang masuk. Pengecekan dilakukan kepada WNI maupun WNA yang baru tiba dari luar negeri.

Nantinya pada saat mereka tiba di bandara, petugas dari KKP (Kantor Kesehatan Pelabuhan) akan melakukan testing ulang kemudian dikarantina selama 5-7 hari.

“Setelah karantina mereka harus PCR lagi. Kalau dia positif, samplenya dilakukan WGS untuk mencari ada varian baru. Karena kita khawatir ketika ada orang luar datang kesini,” katanya.

Rosye menyebutkan, Dinkes juga tetap melakukan pemeriksaan WGS jika ditemukan kasus yang mencurigakan. Misalnya di satu tempat tiba-tiba ditemukan 9 orang yang positif.

“Itu samplenya kita cek ulang, kemudian yang CT nya rendah dibawah 25 itu dilakukan WGS. Artinya ketika kasus sudah menurun juga tetap kita lakukan WGS,” pungkasnya. (Faqih Rohman Syafei) ***

Comment