Kisah Zaky “Moling” : Pecinta Skateboard yang Kerap Dituduh Kebarat-baratan

BandungKita.id, BANDUNG – Menempuh pendidikan di kampus Islam tampaknya tak jadi halangan untuk bisa mengikuti perkembangan zaman dan memilih berbagai hobi untuk mengembangkan diri. Hal itu dipraktikan oleh salah satu Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung, bernama Zaky Muhammad Mubarok.

Ditengah padatnya aktivitas kuliah, pria yang akrab disapa Moling tersebut ulet menekuni olahraga papan luncur atau skateboard. Bahkan, ia mampu mendirikan komunitas skateboard pertama di UIN Bandung.

Komunitas itu ia beri nama Stun’S atau kependekan dari Skateboard UIN Sunan Gunung Djati Bandung pada tahun 2017. Sejak saat itu, Moling kerap disebut-sebut sebagai Bapak Skateboard Kampus Hijau oleh teman-temannya.

“Tanpa sengaja pertengahan tahun 2017 saya bawa papan skateboard sendiri, kemudian teman-teman saya ikut, waktu itu ada enam orang, sekarang yang ikut komunitas sudah 145 orang,” kata Moling saat ditemui BandungKita.id, Minggu (28/7/2019).

Baca juga:

Kisah Dewa Satria, Barista 19 Tahun yang Bermimpi Jadi Raja Kopi di Usia Muda dan Punya Kedai Kopi Sendiri

 

Bukan tanpa hambatan, perjalanan mahasiswa jurusan Studi Agama-Agama Fakultas Ushuludin itu kerap dicibir. Banyak orang memandang hobi Moling sebagai sesuatu yang bukan berasal dari Islam. Bahkan ada yang menyebut olahraga itu tidak boleh dilakukan umat muslim.

“Bagi saya begini, yang saya tahu bahwa Skateboard memang bukan berasal dari Islam, tapi coba cari nilai positif dari sana, seperti keuletan berlatih, nilai sungguh-sungguh, dan nilai persaudaraan. Jadi enggak perlu kaku lah,” uajarnya tertawa.

 

Kisah Zaky “Moling” pendiri komunitas Skateboard UIN Sunan Gunung Djati Bandung (Stun’S).

 

Moling mempertegas, menjadi seorang muslim tidak harus selalu bersifat eksklusif dan menolak budaya baru. Ia sadar bahwa olahraga yang ditekuninya bukan berasal dari tradisi muslim, namun berasal dari negara bagian pesisir Barat Amerika Serikat, California.

“Soal agama boleh kita berbeda, tapi hobi bisa jadi sama. Ini menjadi alasan juga mengapa saya sebagai mahasiswa kampus Islam kok mau-maunya menggeluti bidang yang sama sekali gak berhubungan, tapi itu tidak jadi soal,” ujarnya.

Baca juga:

Kisah Pengabdian Setia Abah Ana, 20 Tahun Lebih Menjaga Perlintasan Kereta Tanpa Palang Pintu

 

Tak hanya nada sumbang soal cibiran, beberapa cedera juga sempat dialami Moling selama dua tahun terakhir dirinya menggeluti dunia skateboard. Saat ditemui Bandungkita.id, Moling menunjukan tangan kirinya kini tak lagi mampu menyentuh bahu akibat cedera.

“Ini karena sempat jatuh, salah posisi, tangan kiri jadi tumpuan akhirnya ada pergeseran di bahu, saat awal-awal mencoba papan juga sempat jatuh, bagian kepala belakang terbentur,” ujarnya.

Perjalanan pria asal Garut itu dalam menggeluti dunia skateboard memang tak semulus yang dibayangkan. Namun meski begitu, Moling tak pernah berharap muluk-muluk. cita-cita terbesar nya hanya ingin memberi kontribusi bagi kampusnya tempat ia menimba ilmu.

“Semoga ada skatepark aja buat anak-anak latihan, tapi yang terpenting kan bukan itu, saya hanya mau sebelum saya meninggalkan kampus ini bisa menyumbang hal positif buat kampus tercinta,” pungkas mahasiswa yang tengah menunggu prosesi wisuda pada September 2019 mendatang itu. (Tito Rohmatulloh/BandungKita.id)

Editor: Restu Sauqi

Comment