BandungKita.id, SOREANG – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bandung belum bisa memastikan status analisis dampak lingkungan (Amdal) dari pembangunan hunian residensial Podomoro Park di Desa Lengkong dan Desa Bojongsoang, Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten Bandung.
Hal tersebut diungkapkan Kepala DLH Kabupaten Bandung, Asep Kusumah saat ditemui di kantornya, Soreang, Senin (25/3/2019). Menurutnya, terkait status Amdal Podomoro Park apakah sudah diterbitkan atau belum, harus dibicarakan bersama bagian Amdal agar lebih jelas dan rinci.
“Bagian Amdal kita sedang tugas luar kota, paling besok baru bisa saja jawab. Soalnya, membahasa itu (amdal) harus jelas dan rinci agar saya tidak salah,” kata Asep.
Diberitakan sebelumnya, sejumlah warga Kecamatan Bojongsoang mengeluh terkait adanya proyek pembangunan Podomoro Park. Pasalnya, menurut warga, lahan yang dipakai proyek hunian tersebut merupakan sawah produktif yang berfungsi.
Tak sekadar tempat penghasil padi, namun juga berfungsi untuk daerah resapan air. Jika wilayah itu ditutup dan diubah menjadi bangunan atau hunian, warga khawatir bencana banjir bakal makin parah lagi.
Baca juga: Khawatir Banjir, Warga Bojongsoang Pertanyakan Amdal Proyek Podomoro Park
“Itu sudah mengubah tata ruang yang seharusnya jalur hijau. Bahkan hasil sensus BPS, lokasi itu adalah sawah produktif. Yang jadi masalah ketika 142 ha sawah yang berfungsi sebagai resapan air itu diguyur hujan deras, maka yang kena dampaknya adalah daerah Bojongsari sebagai dataran paling rendah di Bojongsoang,” kata salah satu tokoh masyarakat Bojongsoang, Dudi Andri Setiawan (39), beberapa waktu lalu.
Dudi menilai upaya pemerintah menanggulangi banjir sudah dilakukan dengan berbagai macam cara. Seperti membuat kolam retensi dan mengaktifkan sungai mati (oxbow), namun menjadi sia-sia karena hadirnya proyek Podomoro Park.
“Kita sadar banjir tidak di Bojongsoang tidak dapat dihindari, makanya kita dan pemerintah gencar menanggulangi. Tapi jadi percuma upaya itu jika proyek ini makin menambah debit air,” jelasnya.
Lebih lanjut, Dudi juga mempertanyakan Amdal dari proyek tersebut. Sejauh ini warga belum melihat seperti apa Amdalnya. Ia mempertanyakan apakah pengusaha juga memperhitungkan efek larian air dari proyek tersebut.
“Kita ingin tahu amdalnya seperti apa, sementara proyek sudah jalan,” ucapnya.
Senada dengan Dudi, warga Bojongsari, Cecep (31) merasa terganggu akibat adanya lalu lalang kendaraan dari proyek tersebut. Ia kerap terjebak kemacetan, menghirup polusi udara karena debu dan jalanan becek.
“Kalau kemarau debunya minta ampun, kalau hujan becek ditambah tanah merah,” paparnya.
Selain terganggu dengan proyek, warga was-was jika kelak komplek itu berdiri akan menghasil limbah rumah tangga yang dibuang ke sungai dan mengotori lingkungan mereka.
“Kita belum tahu ke mana mereka akan membuang limbah, kami takut justru wilayah Bojongsari lagi yang kena limbahnya,” pungkasnya. (Restu Sauqi/Bandungkita.id)
Editor: Dian Aisyah
Comment