Pekan Depan, Dinkes Kota Bandung Lakukan Tes Swab Acak Pada Peserta dan Tenaga Pendidik

BandungKita.id, Bandung – Dinas Kesehatan Kota Bandung akan melakukan tes swab secara acak kepada peserta dan tenaga pendidik yang melakukan pembelajaran tatap muka (PTM).

Hal ini diungkapkan langsung oleh Kadinkes Kota Bandung, Ahyani Raksanegara. Ia menjelaskan, tes swab tersebut merupakan program Kementerian Kesehatan.

“Di Jawa Barat ada dua daerah percontohan Kota Bogor dan Kota Bandung,” ujarnya dalam keterangan resminya, Selasa (5/10/2021).

Tes swab tersebut akan dilakukan pada 10 persen dari jumlah sekolah yang ada di Kota Bandung yang melakukan PTM. Dari 10 persen tersebut, harus menggambarkan situasi kota atau dari perwakilan semua wilayah.

Sedangkan untuk sekolah yang jadi sasaran, dipilih oleh Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bandung. Untuk setiap sekolah diambil 30 sasaran terdiri dari siswa dan tenaga pendidik.

“Kami baru mendapatkan datanya dari Disdik, karena yang memilih sekolahnya Disdik secara random. Kami akan berkoordinasi untuk jadwalnya. Semoga minggu depan bisa dimulai,” ucap Ahyani.

Baca Juga:

CASN KBB Diburu 2018 Peserta, 214 Formasinya Sudah Tahu? Simak yuu!!

Bobotoh Geruduk Graha Persib, Ada Apa?

Aduh!! PPKM Kembali Diperpanjang Hingga 18 Oktober 2021

“Timnya dari Dinkes dan Puskesmas setempat. Kami sudah siapkan alat rapid antigennya, tinggal tunggu jadwal dan pemberitahuan ke sekolah dan sosialisasi ke orang tua siswa,” tambahnya.

Menurut Ahyani, akan ada perlakuan yang berbeda jika ditemukan hasil positif saat test acak tersebut. Jika di bawah satu persen yang positif, cukup anak yang positif yang ditangani dan dikarantina. Kemudian dilacak keluarga terdekatnya.

“Kalau 1-5 persen, maka pelacakan akan dilakukan tidak ke si anak saja, tapi rombongan belajar anak tersebut bersama dengan teman-temannya. Jadi lebih luas,” ucapnya.

Sedangkan jika di atas lima persen, maka pelacakan akan semakin luas. Sekolah harus menghentikan terlebih dahulu dulu kegiatannya sampai selesai memetakan pelacakan sumbernya.

“Hati-hati juga penyebutan bisa saja bukan klaster sekolah, tetapi bisa saja dari rumah ke sekolah. Kalau lihat dari 1.600an sekolah yang buka, 10 persennya 160 sekolah, dan sekolah masing-masing 30 orang berarti sekitar 4.800 yang akan dites,” pungkasnya. (Faqih Rohman Syafei/BandungKita.id) ***

Editor: Faqih Rohman Syafei

Comment